Konflik Harimau dengan Manusia di Merangin, Habitat Terganggu Aktivitas Tambang

Senin 18-10-2021,00:00 WIB

 

JAMBI- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jambi telah melakukan evakuasi terhadap Harimau Sumatera di Desa Guguk, Desa Air Batu dan Desa Marus Jaya,  Kecamatan Renah Pembarap, Merangin.

Selanjutnya, hewan yang dilindungi itu dibawa ke Tempat Penyelamatan Satwa BKSDA Jambi di Mendalo,  Kabupaten Muaro Jambi.

“Penyebab harimau menyerang warga sekitar diperkirakan karena habitatnya yang terganggu. Berdasarkan informasi yang kami terima, di desa Guguk itu ada sekitar 25 orang masyarakat yang memasuki habitat harimau untuk melakukan aktifitas illegal seperti minning,” kata Sahron, Koordinator Penyelamatan Satwa BKSDA saat konferensi pers di BKSDA Mendalo Jambi (17/10).

Menurutnya, harimau yang diselamatkan berjenis kelamin betina,  dengan panjang +180 cm, umur sekitar 10-12 tahun. Kondisi kaki depan sebelah kanan terdapat luka bekas jerat, dengan kondisi badan kurus, lemah dan memprihatinkan.

Pada saat evakuasi tidak dilakukan pembiusan dikarenakan kondisi harimau yang sangat lemah.

Lokasi kejadian pertama merupakan hutan Desa Guguk, sedangkan kejadian kedua dan ketiga berada di kebun karet milik warga. Dari pemantauan tim di lapangan tidak menemukan jejak mangsa/pakan (prei). Untuk memastikan bahwa tidak ada individu harimau Sumatera lain di 3 desa tersebut, akan dilakukan pemantauan terus beberapa waktu ke depan dengan patroli dan tetap memasang camera trap dan di sekitar lokasi kejadian telah dipasang perangkap.

“Kami berterima kasih kepada masyarakat yang bergotong royong membantu evakuasi ini, KPHP Merangin, BBTNKS dan Kepala Desa yang bersama-sama melakukan verifikasi, penanganan lokasi dan sampai dengan evakuasi. Selanjutnya  Kepala Desa Air Batu, Kepala Desa Marus Jaya dan FFI serta semua pihak yang turut serta melakukan aktifitas di sekitar habitat harimau,” tuturnya.

Kondisi harimau terlalu tua dan kurus sehingga tidak sanggup berburu. Selama rehabilitasi, harimau akan dirawat tanpa menghilangkan sifat alaminya sebagai mahkluk liar. Setelah harimau dirasa sudah cukup kuat untuk hidup mandiri akan kembali dilepaskan ke habitat aslinya.

“Kami menjaga dan menyelamatkan keanekaragaman, juga menghimbau masyarakat agar tidak mengganggu habitat harimau Sumatera,\" katanya.

Sebelumnya, sejak 25 September 2021 telah terjadi konflik antara manusia dan satwa liar Harimau Sumatera yang mengakibatkan 2 orang meninggal dunia dan 1 orang luka-luka.

Korban pertama (25/9) benama  Rasidi 30 Tahun, Petani Warga Desa Guguk. Korban sedang beristirahat di sekitar Sungai Nilo bersama teman-temannya. Pukul 20.00 WIB saat korban sedang minum teh, tiba-tiba Harimau datang dan mengigit leher korban. Pukul 23.00 WIB baru dapat dilakukan evakuasi mayat korban setelah warga sekitar berhasil mengusir harimau. Adapun lokasi kejadian berada di Hutan Produksi dan berbatasan langsung dengan Hutan Adat Guguk.

Pada tanggal 11 Oktober 2021, timbul korban kedua bernama Pami 62 Tahun. Petani, warga Desa Marus Jaya. Pami sedang berada di kebun karet miliknya di Desa Marus Jaya yang berjarak 2 km dari lokasi korban pertama. Pami berhasil selamat.

Korban ketiga tanggal 13 Oktober 2021 bernama Abu Bakar (21). Petani, warga Desa Air Batu. Korban sedang mencari signal internet di Bukit Semenit, Dusun Baru, Air Batu di samping kebun karet bersama temannya. Pukul 17.00 WIB Harimau tiba-tiba menerkam dan menyeret tubuh korban. Teman-temannya berusaha meminta pertolongan warga hingga jasad korban berhasil diamankan dari harimau. (aba/mg1/mg11)

Tags :
Kategori :

Terkait