JAMBI- Transformasi Ekonomi Indonesia terutama yang menyangkut perkembangan dampak ekonomi hilirisasi industri pada saat ini menjadi konsen Pemerintah Indonesia.
Hal itu diungkapkan Jenderal TNI Purn Luhut B. Pandjaitan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi bersama Dahlan Iskan dan 220 Direktur Utama, Pemred serta Redaktur WSM Group yang bakal mengikatkan menjadi Disway National Network (DNN) dalam webinar yang digelar Senin (10/01).
Dalam pertemuan tersebut, Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) didampingi Septian Hario Seto (Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan) serta M. Firman Hidayat (Stafsus Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi).
Menurut Firman, dalam paparanya, selama ini Indonesia terus bergantung pada komoditas mentah sehingga rentan terhadap shock supply, hal ini dibuktikan dengan perbandingan ekspor Indonesia dan Malaysia di tahun 2014.
“Jadi dua Negara ini sebenarnya awalnya sama kegiatan pada tahun tujuh puluh-an, sama sama ekspor karet dan sebagainya, tetapi 40 tahun kemudian kita lihat ekonomi Indonesia masih bergantung pada komoditas, sedangkan Malaysia mereka tidak memiliki banyak elektrolit. Sekali lagi ini kemudian yang menjadi alasan mengapa kita awalnya dua Negara ini subtisonal,” ujar M. Firman Hidayat, Stafsus Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Kurangnya investasi di sektor produktif, SDM, dan infrastruktur menyebabkan limitasi pada diversifikasi ekonomi dan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Indonesia masih terbatas di peristiwa ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia juga masih relatif dan terbatas.
Adanya hilirisasi mengubah struktur ekonomi Indonesia menjadi lebih tidak mengandalkan komoditas mentah. Melalui struktur ekonomi yang lebih kompleks, pertumbuhan ekonomi di Indonesia berhubungan erat dengan kinerja jangka panjang dan pendapatan perkapita. Berdasarkan laporan Rangking ECI, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang turun sejak tahun 2000, meningkat sejak tahun 2010 hingga kini sebab hirilisasi Industri. Dengan perbaikan Ekonomi Complexity yang baru ada sekarang, Indonesia diperkirakan mampu tumbuh 5,8 persen dalam kurun waktu 5 tahun kedepan.
“Hilirisasi Nikel meningkatkan ekspor besi dan baja menjadi awal proses diversifikasi ekonomi. Bisa dilihat pada tahun 2014 masih single digit dan pada tahun 2021 Indonesia mencapai 21 Milyar Dollar,\"jelas Jenderal Purn Luhut B. Pandjaitan.
Hirilisasi industri merupakan sektor yang paling diminati PMA – membantu membiayai bangunan. Hirilisasi mendorong industrialisasi di kawasan timur Indonesia dan pemerataan ekonomi Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan mencapainya angka 27% sektor PRDB di Provinsi Sulawesi Tengah. Hirilasi turut membantu menjaga stabilitas nilai tukar melalui peningkatan dollar di dalam negeri.
Dampak hirilisasi dapat dirasakan oleh semua kalangan, termasuk tingginya angka kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Mendukung rencana hilirisasi industri kedepannya, salah satu upaya yang dilakukan Indonesia kini ialah membangun basis industri bernilai tambah tinggi untuk mendukung digitalisasi ekonomi yang semakin pesat dan tren green economy.
“Mudah-mudahan ini memberikan feedback bahwa apa yang terjadi di negeri ini, mungkin waktu kemarin mulai dengan hirilisasi banyak yang tidak setuju dan tidak paham. Sekarang dengan ini kita membuktikan bahwa Indonesia negara yang kaya dan hebat, apalagi di manage dengan benar,”pungkas Jenderal Purn Luhut B. Pandjaitan di akhir pertemuan. (arh)
Hilirisasi Industri Ubah Peta Struktur Ekonomi Indonesia
Selasa 11-01-2022,00:00 WIB
Kategori :