JAMBI - Tingginya aktivitas masyarakat terhadap penggunaan pisau atau benda tajam, membuat resiko terluka juga semakin tinggi. Ini dibuktikan sering didapatkan nya luka sayat/gores pada masyarakat. Untuk Mengatasi luka sayat tersebut biasanya masrakat menggunakan obat atau bahan alam yang dioleskan contohnya seperti madu. Madu juga sering dijumpai sebagai obat alternatif untuk penyembuhan luka, dan sangat muda di dapatkan. Berdasarkan hal tersebut Muhammad Kendri Mirzareta yang merupakan mahasiswa STIKES Harapan Ibu Jambi, tertarik untuk melakukan penelitian terkait pengujian aktivitas salep madu dan aktivitas madu itu sendiri terhadap penyembuhan luka sayat. \"Penelitian ini dibawah bimbingan ibu apt. Barmi Hartesi, M.Farm dan apt. Santi Perawati, M.Farm. Pada penelitian ini, saya gunakan sebagai objek ialah tikus putih jantan galur wistar, beserta bahan-bahan yang saya gunakan ialah basis salep cuci air, salep dagang merek X, salep madu hitam,\" jelas Muhammad Kendri Mirzareta kemarin (27/1).
Dikatakannya, pada perlakuan hewan uji tikus putih jantan galur wistar diberikan luka sayat dan dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok 1 (Dioleskan salep X), Kelompok 2 (Tanpa diberikan obat), Kelompok 3 (Dioleskan basis salep), Kelompok 4 (Dioleskan Salep Madu).
\"Selanjutnya diamati selama 28 hari. Hasil dari pengamatan semua kelompok sembuh,\" terangnya.
Aktivitas penyembuhan luka yang paling cepat ditunjukan pada hewan uji yang dioleskan salep madu. Penyembuhan luka hanya 10 hari, ini ditandai dengan tertutup dan keringnya luka.
\"Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa salep madu hitam dapat menjadi obat untuk peyembuhan luka sayat/gores pada kulit.Salep madu hitam ini lebih efektif sebagai peyembuhan luka sayat/gores pada kulit jika dibandingkan salep dagang merek X,\" tandasnya. (*)