Eko Prasetyo
Assalamualaikum.. Semangat pagiii... Beberapa waktu lalu, tepatnya akhir tahun tanggal 30-31 Desember 2021, kebetulan saya di rumah sendirian. Istri dan anak-anak sedang liburan dikampung. Saya gak bisa cuti akhir tahun. Saya mengalami gejala mirip seperti yang dialami ibu Iif Turiah. Cairan ingus keluar dari hidung meluncur dengan bebas tanpa bisa dicegah. Seperti air mengalir. Bening. Badan agak meriang tapi tidak demam, kepala agak pening pengenya rebahan dan tenggorokan tidak sakit. Nafas normal, tidak sesak. Seperti flu tapi tidak terasa kena flu. Habis tisu satu pak. Pakai masker dengan dilapisi tisu. Kalau sudah basah, buang. Ganti tisu lagi. Begitu seterusnya. Obatnya, saya minum vitamin, antibiotik dan obat flu. Banyak minum air putih hangat. Alhamdulillah.. besoknya sudah tidak keluar ingus lagi. Mampet. Sempat terlintas pikiran apakah saya terkena omricon..? Tapi berusaha saya tepis pikiran itu. Selama gejala itu bisa aktifitas seperti biasa. Nafsu makan juga normal. Tapi tetep gak bisa makan dengan nyaman. Karena saya sedang sakit gigi plus sariawan. Lengkap sudah penderitaanku. Bener kata Meggy Z, \"lebih baik sakit hati daripada sakit gigi\".
Disway Reader
Saya relawan uji klinis Sinovac Juga uji klinis booster Saya ikut di klinik Unpad Dan tidak pernah terpapar Covid
Mbah Mars
Banyak gaya banyak biaya: Wajar Banyak gaya tidak punya biaya: ngutang. Biaya hidup ngepas Gaya hidup ngegas Modal cekak Gaya puncak
Johan
Pandemi Covid19 yang sudah berlangsung selama dua tahun, menghadirkan banyak kesulitan, banyak tekanan, terhadap saya pribadi, padahal saya merasa sudah tidak banyak gaya. Karena ada joke lama yang mengatakan : \"Menurut Hukum Fisika, tekanan berbanding lurus dengan gaya, jadi jika hidupmu banyak tekanan, berarti kamu banyak gaya.\" Joke ini tidak salah, tapi hukum fisika nya perlu dilengkapi lagi. Ini pelajaran sekolah menengah. Dalam fisika rumus tekanan adalah : P = F/A Tekanan = Gaya/Area Rumus tersebut bisa dijelaskan begini : Besarnya Tekanan berbanding lurus dengan Gaya, tapi berbanding terbalik dengan Area. Jadi besarnya tekanan tidak hanya tergantung dari gaya, tapi area juga menentukan. Dengan besaran gaya yang sama atau konstan, besar tekanan lebih kecil di area lebih besar, tapi akan lebih besar di area yang lebih kecil. Jika di aplikasikan pada persoalan besarnya tekanan hidup seseorang, perlu diperhatikan \"Area\" dari seseorang tersebut. \"Area\" dalam hal ini bisa diartikan sebagai : Kekayaan, kekuasaan, popularitas, relasi, dan wawasan. Contohnya : - Pak DI berutang 10 Milyar. - Si Johan berutang 10 Milyar. Perhatikan kesamaannya, berutang 10 Milyar. Ada sebuah aksi atau \"Gaya\" yang mengakibatkan keduanya punya utang segitu. Tapi \"Tekanan\" yang dirasakan antara Pak DI dengan Si Johan jauh berbeda, disebabkan perbedaan \"Area\" yang jauh juga. - Kekayaan dan Relasi (Area) Pak DI = Besar. - Kekayaan dan Relasi (Area) Si Johan = Kecil. Jadi hasilnya : Ada dua orang berutang sepuluh milyar, Di saat yang sama tapi berbeda tempat. Pak DI masih bisa tersenyum baca komentar, Si Johan ke puncak Monas siap melompat. (Menyerupai Pantun, tapi bukan)
Kalila Kalista
Kesimpulannya : kena omicron gejala ringan = goblok , kena omicron gejala berat = pintar , kena omicron gejala sedang = pintar2 goblok