JAKARTA-Nama penceramah NU, Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah jadi trending topik di media sosial terutama Twitter pada Senin 21 Februari 2022.
Penyebabnya, penceramah yang terkenal lewat Deddy Coebuzier ini, menggelar pertunjukan wayang yang dianggap menyindir Ustad Khalid Basalamah.
Pertunjukan wayang digelar di Pondok Pesantren Ora Aji, Jumat 18 Februari 2022 lalu. Yang mana salah satu bentuk wayang dibuat mirip Ustad Khalid Basalamah yang merangkul wanita pekerja seks.
Netizen pun memberikan komentar menohok kepada Miftah. Nama Miftah jadi trending nomor satu di lini masa Twitter Indonesia.
Salah satu Tokoh Nahdatul Ulama (NU), Umar Sadat Hasibuan atau Gus Umar juga memberikan tanggapan. Melalui akun twitternya, @UmarHasibuan777, dia menyebut bahwa Miftah norak.
\"Apa yang dilakukan Miftah ini norak. Mustinya kalau berilmu ajaklah ustad Khalid berdebat. Bukan begini caranya. Miftah cari sensasi saja,\" tulis Gus Umar.
Netizen lain pun ikut beri tanggapan serupa.
Akun @bandi_*** menulis, \" Gw org yg blm sepintar Miftah, tapi bagi gw bukan kelas seorang ulama berprilaku demikian, terkesan di mata saya Miftah ga ubah seorang preman Cemen, seharusnya figur ulama mengutamakan tabayun, Miftah seperti kesetanan dalam menghadapi perbedaan.\"
\"Si miftah gak sadar kalau dia sendiri sedang mempertontonkan kebodohannya,\" tulis netizen @Terserahl***
\"Inikah budaya yang dibanggakan kok memaki, norak banget caranya Miftah kalau berilmu datangi Khalid coba bicara langsung sampaikan keilmuan anda pak Miftah. Norak,\" kata akun @mustaqim****
Sementara akun @mihra*** menulis,\" Miftah itu sampah masyarakat. Gak suka KB, itu sih hak Miftah. Tapi kalau sampai bersikap rasis dengan pagelaran wayang, mengolok-olok KB, itu sih layak dimasukin got.\"
\"Sejatinya Miftah itu anti NKRI, anti Pancasila. Kerjanya mengadu domba,\" kata akun @mihr***.
Diketahui, pertunjukan Wayang yang digelar Gus Miftah dibuat berbentuk mirip Ustad Khalid Basalamah yang mengenakan jenggot dan gamis.
Pertunjukan wayang yang dipimpin Dalang Ki Warseno itu digelar menanggapi polemik ceramah Ustad Khalis Basalamah.