Oleh: dr. Jeremy Willy Henry
SALAH satu pertanyaan yang sering ditemukan di masyarakat, terutama saat vaksin booster sedang marak-maraknya saat ini adalah kebutuhan pemeriksaan antibodi setelah menerima vaksin COVID-19. Kebanyakan masyarakat mempercayai bahwa apabila kadar antibodi yang terdeteksi tinggi, maka badan sudah kebal dan sudah tidak menjadi sumber penularan bagi komunitas di sekitarnya yang kemudian diikuti dengan kecenderungan untuk tidak menjalankan protokol kesehatan dengan ketat.
Padahal hingga kini, belum ada studi yang berhasil membuktikan penyuntikan vaksin dengan proteksi seumur hidup pada infeksi COVID-19. Pada faktanya, menurut pedoman CDC yang terbaru, pemeriksaan antibodi setelah vaksinasi tidak disarankan sebab belum terbukti akurat dalam menggambarkan kondisi imunitas pada tubuh. Hal ini disebabkan karena antibodi yang terbentuk dari vaksin ini tidak sama jenisnya dengan antibodi yang didapatkan dari jenis vaksin lainnya.
Pada umumnya, kekebalan tubuh yang terbentuk adalah anti-nukleokapsid atau selubung terluar dari virus; sedangkan pada vaksin COVID-19, kekebalan tubuh yang ada terbentuk dari struktur protein spike SARS-CoV-2 sehingga reagen yang ada pada laboratorium kemungkinan tidak dapat mendeteksi dengan baik. Antibodi yang bisa terdeteksi pada laboratorium adalah antibodi yang didapatkan dari infeksi secara langsung sehingga kadar tersebut tidak bisa dijadikan patokan.
Selain itu, hingga saat ini belum diketahui kadar minimum yang dipercaya membawa dampak kekebalan terhadap infeksi COVID-19. Satu hal lain yang harus diketahui adalah sistem imunitas tubuh tidak hanya bergantung pada antibodi, namun juga berbagai sel darah putih lainnya. Kelompok yang mungkin mendapat manfaat dari pemeriksaan ini adalah kelompok rentan atau immunocompromised karena memiliki risiko komplikasi dan kematian yang lebih tinggi.
Walaupun demikian, penyuntikan vaksin harus tetap dilakukan. Pada sebuah penelitian di Inggris, risiko terinfeksi sepuluh kali lebih rendah pada individu yang sudah menerima vaksin tanpa melakukan pengukuran kadar antibodi pada tubuh. Booster atau suntikan tambahan juga sebaiknya dilakukan menimbang waktu proteksi vaksin yang belum diketahui secara jelas. (*)