Aktivitas Biologi Senyawa Difenil Timah (IV) Bis-Metilbenzil Ditiokarbamat

Selasa 08-03-2022,00:00 WIB

Terhadap Pseudomonas aeruginosa

Oleh : Debora Dwi Hardiyanti mahasiswa STIKES Harapan Ibu Jambi

JAMBI - Manusia merupakan salah satu jenis makhluk hidup yang berinteraksi dengan lingkungannya baik yang sehat maupun tidak sehat, sehingga manusia dapat dengan mudah berkontak langsung dengan bakteri, virus, fungi dan jenis parasit lainnya. Oleh sebab itu, kemungkinan manusia terserang penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroba-mikroba tersebut menjadi sangat besar.

Infeksi merupakan penyebab timbulnya gejala penyakit yang dapat merugikan bagi inang (manusia atau hewan) dalam jangka pendek maupun jangka panjang, serta dapat memperparah suatu penyakit. Salah satu contohnya yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang terjadi pada pasien rumah sakit dalam ruang Intensive Care Unit (ICU) maupun yang dirawat inap selama tiga hari atau lebih yaitu dikenal dengan sebutan infeksi nosokomial.

Infeksi tersebut terjadi akibat aktivitas bakteri gram negatif yang bersifat patogen oportunistik yaitu Pseudomonas aeruginosa. Bakteri Pseudomonas aeruginosa juga dapat mengakibatkan infeksi lain seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernapasan (pneumonia), infeksi mata, dermatitis dan infeksi pada luka yang menimbulkan pus hijau kebiruan.

Infeksi yang disebabkan oleh bakteri mayoritasnya dilakukan terapi menggunakan antibiotik, diantaranya obat golongan aminoglikosida, beta laktam, glikopeptida, karbapenem, klindamisin, kuinolon, penisilin, sefalosporin, sulfonamida, dan tetrasiklin. Berdasarkan golongan antibiotik tersebut, diperlukan pengembangan antibiotik dari senyawa baru yang lebih efektif melawan bakteri serta dapat menghindari adanya resistensi antibiotik menggunakan senyawa organotimah sebagai antibakteri dengan metode sintesis. Untuk itu, Debora Dwi Hardiyanti yang merupakan mahasiswa STIKES Harapan Ibu Jambi tertarik untuk menguji Aktivitas Biologi Senyawa Difenil Timah (IV) Bis-Metilbenzil Ditiokarbamat Terhadap Pseudomonas aeruginosa.

\"Penelitian ini dilakukan dibawah bimbingan Bapak Mukhlis Sanuddin, M.Sc dan Bapak Medi Andriani, M.Pharm, Sci. Senyawa ini disintesis dengan metode in situ, yaitu dengan penambahan larutan metibenzilamina (0,02 mol) + larutan karbon disulfida (0,02 mol) + logam difenil timah (IV) diklorida (0,01 mol), dan dilakukan identifikasi dengan FTIR, 1H NMR dan 13C NMR, kemudian uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi kertas cakram dengan konsentrasi 60 ppm, 70 ppm, dan 80 ppm dilakukan replikasi sebanyak 3 kali serta menggunakan media Nutrient Agar (NA, red),\" kata Debora Dwi Hardiyanti Senin (7/3).

Dikatakannya, hasil penelitian ini diperoleh serbuk sintesis sebanyak 1,35 g, kemudian dari analisa daerah serapan bilangan gelombang dengan menggunakan FTIR yaitu Sn-C, Sn-S, C-C, N-C, C-S, C-H, dan C=C. Hasil analisa pengukuran 1H diperoleh 2,73 ppm (CH3), 3,38-5,10 ppm (CH2), dan 7,36-8,02 ppm (C-aromatik). Hasil analisa pengukuran13C NMR diperoleh 33,11-43,46 ppm (CH3), 53,67-62,62 ppm (N-CH2) dan 128,83-136,64 ppm (C-aromatik) dan hasil pengujian aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa dengan konsentrasi 80 ppm menghasilkan zona hambat paling besar yaitu 21,5 mm.

\"Semakin tinggi konsentrasi dari senyawa kompleks maka semakin tinggi pula aktivitas antibakterinya, hal ini diduga karena bakteri memiliki ukuran yang sangat kecil dan lebih mudah berdifusi kedalam membran sehingga senyawa antibakteri dapat menghambat pertumbuhan selnya,\" tandas Debora Dwi Hardiyanti. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait