“Strategi memang perlu gradual atau bertahap, ada fisik dan digital. Untuk costnya, layanan digital tersebut tidak murah investasinya, terutama pada penyediaan server, securitynya, dan enkripsinya. Namun, di masa pandemi seperti saat ini orang menghindari kerumunan, akhirnya datang langsung ke cabang sudah tidak begitu digemari,” ujarnya.
Doddy juga menilai, BRI memiliki posisi bisnis yang bagus yang tidak dimiliki semua bank. Terbukti, BRI menjadi satu-satunya bank di Indonesia yang memiliki jaringan paling luas hingga ke pelosok Tanah Air. “BRI harus konsisten memanfaatkan potensi tersebut,” katanya.
Pasalnya, ketika pandemi berakhir, masyarakat akan tetap mengacu pada layanan digital yang lebih memudahkan transaksi. Dengan demikian menurutnya BRI akan mampu menjadikan digitalisasi sebagai pemacu pertumbuhan kinerja yang konsisten dan berkelanjutan. (van)