JAKARTA– Teriakan dan yel-yel Apdesi (Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia) di Istora Senayan Jakarta kemarin memang bikin telinga panas.
Ribuan kepala desa tumpah ruah, dalam gelaran Silahturahmi Nasional (Silatnas). Gaungnya membesar, menancapkan sebuah tanda akan hadirnya babak baru dalam wacana presiden 3 periode.
Aroma politik saat Silatnas itu berlangsung begitu menyengat, mampu membius para kandidat dan tokoh politik.
Apalagi dalam Silatnas itu ada Luhut Binsar Panjaitan, orang yang dinilai paling berperan oleh banyak pihak dalam wacana 3 periode.
Ya, sontak setelah acara, sejumlah tokoh ikut nimbur, mengomentari gelaran Apdesi. Membuat rilis pemberitaan sampai menyampaikan unek-uneknya di laman twitter.
Salah satunya Ketua DPD RI AA Lanyalla Mahmud Mattalitti yang kini tengah menyodorkan gugatan parliamentary threshold.
Lanyalla Mahmud Mattalitti sendiri cukup tertarik, dengan bursa calon Presiden 2024, ini ditandai dengan sejumlah gelar di daerah.
Selain kehadiran Luhut, gelaran Silatnas makin membuat telinga panas, dengan hadirnya orang yang dijagokan yakni Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Melihat, dan mencermati fenomena yang ada, Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie menilai, Jokowi adalah magnet yang tak terpisahkan dari peta politik Indonesia menjelang Pemilu 2024.
Ini menjadi tanda, pengaruh Jokowi begitu kuat, nyaris sepadan, bahkan bisa melebih partai pengusungnya, PDI Perjuangan.
”Teriakan Apdesi itu pasti bikin gemes. Membius publik. Lantang dan tertata. Jelas saja ini bikin telinga panas. Apalagi bagi tokoh-tokoh yang bersiap mau nyapres,” tutur Jerry Massie, kepada Disway.id, Rabu 30 Maret 2022.
Meski demikian, Jerry Massie meyakini ini adalah skenario sebuah gaya dalam memanaskan konstelasi.
”Percikan api politiknya mengena. Presiden Jokowi memang suka bermain denan skenario dan kemasan yang merangsang mereka bereaksi,” tuturnya.