JAKARTA - Sikap Ketua DPR RI, Puan Maharani dan PDI Perjuangan menyikapi naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) saat ini dikritisi banyak pihak.
Pasalnya, perbedaan sikap itu sangat kentara diperlihatkan saat menanggapi kenaikan harga BBM di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini.
Saat era Presiden SBY, Puan Maharani dengan tegas menyatakan penolakannya, bahkan hingga meneteskan air mata. Sedangkan saat ini, Puan Maharani seolah-olah diam menanggapi kenaikan harga BBM.
\"Ketika Puan masih menjadi oposisi di era Susilo Bambang Yudhoyono presiden, ia dengan tetesan air mata terisak-isak menolak kenaikan BBM,” kata pengamat politik Jamiluddin Ritonga, Minggu (3/4).
Menurutnya, inkonsistensi sikap ini terjadi karena posisi Puan dalam percaturan politik turut berbeda. Sebab, saat SBY memimpin posisi Puan adalah bagian dari oposisi. Sementara di era Jokowi dia berada pada lingkaran koalis.
Kini, sambung, mantan dekan Fikom IISIP itu, wajar jika masyarakat kemudian memaknai air mata Puan Maharani sebatas pencitraan politik belaka. Anggapan ini akan berbeda jika anak Megawati Soekarnoputri itu kembali tegas menolak kenaikan BBM.
\"Perbedaan sikap Puan itu wajar mendapat kritik pedas dari masyarakat. Sebab, air mata Puan saat itu bukan karena pedih melihat rakyat semakin susah karena kenaikan BBM. Air mata Puan akhirnya dimaknai masyarakat hanya untuk kepentingan politik,” kata Jamiluddin.
“Puan dinilai bukan memperjuangkan masyarakat, tapi air matanya hanya pencitraan semata,” tutupnya.
Sebelumnya anggota Komisi VI DPR RI, Rudi Hartono Bangun, Sabtu (2/4), meminta masyarakat mengerti terhadap keputusan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Apalagi kenaikan harga BBM sangat wajar dengan kondisi saat sekarang.
“Secara bisnis kenaikan harga BBM itu sangat wajar, karena minyak mentah naik drastis,” kata Rudi, Sabtu (2/4).
Polisi NasDem itu juga menyebutkan kenaikan harga BBM tersebut demi kelancaran keuangan PT Pertamina (Persero) dalam menjalankan tugas pemerintah. Rudi mengatakan kenaikan harga BBM tidak lepas dari perang Rusia-Ukraina.
Menurut Rudi, perang dua negara Eropa tersebut sangat berdampak besar terhadap impor bahan minyak mentah. “Sulit dipungkiri jika memang ini memberatkan, tapi kelangkaan dari pada crude oil karena perang, Ukraina dengan Rusia.” (rmol/zul)