Disway Baru

Minggu 10-04-2022,00:00 WIB

Semua itu saya tahan-tahankan di dalam hati. Saya berusaha kuat untuk tidak menghubungi mereka. Saya takut keceplosan marah. Lalu saya redam saja dengan \'\'menyeolah-olahkan\'\' diri saya itu mereka.

Lalu saya bayangkan mereka pasti lagi stres berat. Kurang tidur. Diserang sana-sini.

Kalau saya hubungi mereka pasti hanya menambah stres saja. Maka saya pura-pura tidak tahu. Toh pagi itu sudah banyak komentar yang juga mewakili perasaan saya. Tentu mereka membaca komentar itu –dan memilah-milahnya. Apalagi keesokan harinya terbit komentar pilihan saya. Yang tidak menyembunyikan semua kekecewaan komentator. Mestinya mereka tahu bahwa saya tahu.

Hari kedua pun saya masih menahan diri. Saya lihat mulai ada perbaikan. Belum semua. Saya pun membayangkan betapa sibuknya tim Disway melakukan coding.

Sampai hari ini saya belum menghubungi mereka. Saya lihat perbaikan terus dilakukan. Saya percaya mereka tahu apa yang harus diperbaiki.

Misalnya yang terlihat sejak tiga hari lalu. Tulisan saya ini tidak lagi ditampilkan secara eceran. Berarti mereka memperhatikan keluhan pembaca.

Bukan sekadar mengeluh. Ada yang sampai mengirim komentar langsung ke HP saya. \"Sulit kirim komentar. Saya kirim ke sini saja,\" tulis Dipa, si wanita Disway itu. Dia pun kirim foto: antrean jeriken.

Sebagian memang salah saya: saya lupa bahwa duluuu mereka pernah memberi tahu tentang jadwal migrasi itu. \"Bulan April tahun 2022,\" kata mereka.

Itu dikatakan akhir tahun lalu. Ternyata benar-benar mereka lakukan. Tanggal 1 April tulisan saya ditransmigrasikan ke \"Lampung\" –daerah transmigrasi terbesar di Indonesia.

Disway bukan yang pertama dimigrasikan. Termasuk yang belakangan. Sebelum itu sudah banyak yang dimigrasikan ke rumah baru kita ini. Mereka adalah  media-media dari berbagai kota di Sumatra dan Jawa.

Mereka itu dulunya berdiri sendiri-sendiri. Kini bergabung di markas besar baru kita ini.

Ke depan masih banyak lagi yang akan bermigrasi ke sini. Dari Sulawesi. Dari Kalimantan. Dari Bali. NTB. NTT. Juga dari Tobelo. Mungkin jumlahnya sampai 200 –sampai Juli nanti. Lalu menjadi 500 di tahap berikutnya. Lalu entah menjadi berapa lagi di akhir tahun –masih rahasia.

Saya –yang sudah 71 tahun– kadang tidak mengerti isi pembicaraan anak-anak muda itu. Sering saya hanya jadi pendengar yang pura-pura mengerti.

Maka saya seolah saya tahu bahwa mereka lagi amat sibuk. Mereka sedang berkomitmen untuk membesarkan Disway ini. Bukan dengan cara saya –tapi dengan cara anak muda.

Melihat perubahan ini saya pun seperti Anda. Saya lagi bertanya-tanya: Disway ini sedang menuju ke mana. Ke restoran? Ke kuburan?

\"Kami tidak mau menuju kuburan,\" kata mereka. Ya, sudah. Saya ikut  saja.

Tags :
Kategori :

Terkait