Liam Then
Ringkasan kronologis peristiwa : \"Itu hanya DSA\" *Senyum. \"DSA itu teknik ini,ini,ini bukan pengobatan.\" *Senyum \"Sini jelaskan tekniknya\" *Senyum \"Pak Presiden, orang ini tidak tepat jadi menteri kesehatan\" Diam ,eh senyum lagi *Covid datang* *Jadi kursi kosong* *Di berhentikan jadi menteri* *Tetap Senyum* *Di berhentikan jadi anggota IDI *Masih Senyum* Gak bisa praktek *Senyum ajaaaa* Aduh aduh aduh...Dr.T ...saya jadi mau lihat kalo Dr.T sakit gigi, senyum nya gimana.
LiangYangAn ???
Pertanyaan seputar masalah ini masih saja menggelitik hati saya. Mengapa pihak-pihak yang terkait tidak menerima \"terobosan yang dilakukan dr.Terawan\" ?? Kalaupun metode dr.Terawan perlu penyempurnaan, ini adalah momentum yang sangat baik dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan khususnya di Bidang Kedokteran. Saya jadi teringat akan kisah Si Genius Albert Einstein. Apakah Einstein selalu tepat dan benar dalam Teori Fisika ?? Jawabannya \"Anda Sudah Tahu\" (haha... pinjam ya Pakde Dahlan Iskan) ; ada cukup banyak kekeliruan Sang Genius di dalam Teori Relativitas yang di-teori-kannya, khususnya yang menyangkut Mekanika Kuantum, Konstanta Kosmologis, dlsb. Apakah dengan kekeliruannya tersebut lantas Einstein \"dipecat sebagai Fisikawan\" ?? Anda juga Sudah Tahu jawabannya : Tidak. Justru Kekeliruan Einstein tersebut (Ke-tidak sempurna-an) dalam Teori Relativitasnya menjadi landasan Fisikawan-Fisikawan yang lain untuk melakukan Riset yang masif, sehingga terjadilah kemajuan Science dan Technology yang berkaitan dengan Teori yang pada awalnya tidak sempurna tersebut. Terapannya pun kita rasakan manfaatnya saat ini, seperti Internet, GPS, dlsb. Sayang sekali... hal tersebut di atas tidak terjadi di sini, bahkan tersirat seolah-olah \"hei... dr Terawan anda keliru !! stop atau dipecat !!\" Tanpa ada terobosan (rintisan), maka kita hanya akan berkutat di satu titik, titik stagnasi.
Liam Then
\"Sudah konsultasi ke dokter?\" \"Sudah\" \"Kapan\" \"Kemarin\" \"Dimana?\" \"Online\" #lagitren
Pryadi Satriana
\"Jawabnya selalu sama: saya ini hanya ingin menolong orang.\" Ngomong2 ttg dokter yg menolong orang, saya teringat drg. Endang Witarsa - panggilan akrabnya Dokter Sun Yu. Ayah saya cukup dekat dg Dokter Sun Yu, yg melatih ayah waktu merumput di Persija, juga PSSI, sebelum hijrah ke Malang. Kepada pasien yg tidak mampu, Dokter Sun Yu tidak memungut biaya jasa, malah memberi uang. Hati Dokter Sun Yu gampang tersentuh, gampang menolong orang, secara spontan. Pernah suatu kali Dokter Sun Yu & ayah naik becak. Becak dihentikan seseorang. Ditodong. Dokter Sun Yu diminta dompetnya. Diberikan. Waktu penodong pergi justru dipanggil. Arloji Dokter Sun Yu malah diberikan. Merk Rolex. Ayah saya melongo. \"Kasihan, dari matanya saya tahu ia orang susah. Ia nodong karena terpaksa,\" kata Dokter Sun Yu. Itu cara menolong Dokter Sun Yu. Bagaimana dg Dokter Terawan - yg izin praktiknya masih sekitar dua tahunan, apa yg dimaksud beliau dg \"hanya ingin menolong orang\"? Apa pasien tak mampu digratiskan DSA, krn beliau sudah kuuaya raya? Apa bisa \"mbayar pake kartu BPJS\"? Apa Abah mau menanyakannya ke Dokter Terawan? Atau Abah justru malu untuk menanyakan \"pertanyaan bodoh\" tersebut? Saya kepo,\"Pernahkan Dokter Terawan menggratiskan DSA kepada pasien yg datang, sekali saja?\" Sehat selalu. Salam. Rahayu.
*) Dari komentar pembaca http://disway.id