Terkait Penolakan Pendakwah yang Datang ke Singapura, Ini Penjelasan Lengkap PM Lee Hsien Loong

Terkait Penolakan Pendakwah yang Datang ke Singapura, Ini Penjelasan Lengkap PM Lee Hsien Loong

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Sejumlah pendakwah asing yang ditolak datang dinilai tidak paham dengan konteks keberagaman dan inklusif multibudaya di Singapura. Ini merupakan hak negara serumpun Indonesia itu dalam menjaga keragaman yang dimaksud.

Upaya penolakan itu merupakan inisiatif Pemerintah Singapura dilandasi dengan hasil pantauan yang didapat, tidak ada pengaruh dari negara lain. Ini dipertegas Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong dalam sebuah pidato yang beredar belakangan ini. 

Dalam penjelasannya, Lee mengamati konteks agama perbedaan mahzab yang belakangan ini terjadi. Meski pun Lee sendiri tidak menyebut apakah itu di negaranya atau di Singapura.

“Pendakwah menyeru supaya penganut agama dipisahkan, pendakwah mengutuk orang yang beragama lain adakala mereka mengutuk seagama mereka sendiri, karena mereka berlainan aliran, atau mazhab,” tutur Lee dalam sebuah pidato yang beredar WhatsApp group sejak Jumat 20 Mei 2022. 

 

Sebagian pemimpin Islam sambung Lee telah menyampaikan kebimbangan mereka. Konteks perbedaan yang ternyata memantik reaksi, saling hina, saling ejek dan terkesan memaksakan kehendak. 

Maka Singapura sebagai negara multikultural menolak hal ini. Singapura berupaya menjaga keharmonisan bangsanya meski banyak perbedaan suku, agama, warna kulit, hingga tradisi yang beragam. Singapura begitu merespon kejadian di luar negeri. Tak terkecuali di Indonesia belakangan ini. 

 

“Dan kami memantau perkembangan ini. Pendakwah asing pernah dilarang masuk ke Singapura. Ada pendakwah beragama Islam, ada pendakwah beragama lain yang jelas Pemerintah harus tegas, dan konsisten terhadap semua agama, demi mempertahankan keharmonisan agama kita,” tutur Lee dalam pidatonya.

Lee juga memperkenankan masyarakat mengamalkan Islam dalam konteks bernegara di Singapura. 

 

Bagi mereka yang ingin belajar di luar negara, Lee berharap mendapatkan bekal, bimbingan bagaimana Islam tumbuh di Singapura melalui video pembelajaran.  Konteks Islam di Singapura mempertahankan keharmonisan dan menjaga persatuan yang selama ini terjalin.  

Siapa Lee Hsien Loong

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong adalah adalah perdana menteri ke tiga. Ia anak tertua mantan Perdana Menteri Singapura yang pertama Lee Kuan Yew. PM Lee Jr ini kini juga merangkap sebagai Menteri Keuangan Singapura.

 

Lee Hsien Loong lahir di Singapura pada 10 Februari 1952 dari pernikahan pasangan Lee Kuan Yew, Bapak Singapura Modern dan Kwa Geok Choo. Lee junior kini berusia 70 tahun.

Lee Kuan Yew menjabat sebagai PM pertama Singapura dari tahun 1965 hingga 1990 lebih dari 25 tahun kemungkinan akan mempertahankan rekor perdana menteri terlama dalam sejarah.

Menteri Senior Emeritus Goh Chok Tong menjabat meneruskan sebagai PM dari 1990 hingga 2004, sebelum menyerahkan tongkat estafet kepada PM Lee.

 

PM Lee Hsien Loong adalah perdana menteri terlama kedua di Singapura, setelah ayahnya, mendiang Lee Kuan Yew.

Meskipun tidak tampak seperti prestasi besar mengingat Singapura hanya memiliki tiga perdana Menteri sejauh ini, Lee bertahan pada kedudukannya selama 15 tahun dan merupakan prestasi mengesankan juga.

 

Dengan kesejahteraan ekonomi rakyatnya, negeri mini ini memang tak ada gejolak politik yang berarti. PM Lee memulai pendidikan tingkat dasar dan menengah di Singapura sebelum melanjutkan ke Universitas Cambridge dan Universitas Harvard.

Karier Lee Jr. politik dibayang-bayangi oleh tuduhan nepotisme. Sebelum menjadi perdana menteri, PM Lee menjabat beberapa tahun di kabinet sebagai Menteri Perdagangan dan Industri, serta Menteri Pertahanan Kedua pada tahun 1980-an.

 

Dia juga Wakil Perdana Menteri, Menteri Keuangan, dan ketua Otoritas Moneter Singapura sebelum menjadi Perdana Menteri.

Isterinya kini, Ho Ching, menjabat Executive Director & Chief Executive Officer (CEO) Temasek Holdings Ho Ching, sebuah perusahaan milik negara (BUMN Singapura).

 

Memimpikan jadi pelaut, Lee Hsien Loong bergabung dengan Angkatan Bersenjata Singapura pada 1971 dan mundur dengan pangkat brigadir jenderal (brigjen) pada 1984 ketika dia terpilih sebagai Anggota Parlemen.

Pada usia 32 tahun, Lee menjadi brigjen termuda dalam sejarah Singapura, dan sejak muda dia telah diduga sebagai pengganti ayahnya sebagai PM.

Dua tahun kemudian, Lee menjabat sebagai Komite Eksekutif Pusat Partai Aksi Rakyat, dan sebagai Deputi Perdana Menteri pada 26 November 1990. Ia menjabat sebagai Ketua Otoritas Moneter Singapura pada Januari 1998, dan Menteri Keuangan pada Nopember 2001.

 

Pada 12 Agustus 2004, Lee menggantikan Goh Chok Tong sebagai Perdana Menteri. Lee Hsien Loong menjadi duda pada 1982, dan menikah kembali dengan Ho Ching tahun 1985. Mereka dikaruniai empat anak.

PM Lee Hsien Loong fasih bahasa Ingris, Melayu dan Mandarin juga Rusi, semasa remaja Lee adalah anggota dari Catholic High School Band pada tahun 1968, dan memainkan klarinet.

“Dia lulus dengan nilai tertinggi di kelasnya, dan dia benar-benar menang dengan jalan yang bagus. Orang yang berada di urutan kedua sekarang telah menjadi ahli matematika kelas dunia, tetapi itu jelas bagi semua orang pada saat itu siapa yang lebih baik,” jelas profesor Cambridge, Béla Bollobás tentangnya.

 

Wrangler senior di Universitas Cambridge adalah gelar yang diberikan kepada sarjana matematika terbaik dari kelompok mereka. Wrangler merupakan salah satu gelar akademik paling bergengsi dan berprestasi di Inggris.

Pemerintah Singapura menetapkan sistem pemilihan presiden dengan menetapkan ras Melayu yang boleh ikut serta kali ini untuk menjamin perwakilan tiga ras di negara itu, Tiongkok, India dan Melayu.

Melawan tudingan Anti Melayu dan Anti Islam, di wilayah yang dikelilingi negeri mayoritas muslim, khususnya Malaysia dan Indonesia, Singapura menetapkan Halimah Yacob sebagai Presiden Melayu pertama Singapura dalam 47 tahun. 

 

Penetapannya sempat menimbulkan silang pendapat, bukan karena alasan ras, namun karena ia dipilih secara tidak demokratis, ia merupakan calon tunggal.

Dari 5,7 juta penduduk Singapura, 74% terdiri dari Tiongkok 13% Melayu, 9% India dan selebihnya kategori lainnya. 

 

“Jika semata mata mengandalkan suara tak ada orang Melayu yang an terpilih presiden,“ kata PM Lee dalam salahsatu pidatonya.

“Ini menunjukkan kami tak hanya bicara tentang multi ras, namun kami bicara dalam konteks meritokrasi (demokrasi berdasarkan merit) atau peluang untuk siapa pun dan kami menjalankannya,” kata Halimah kepada surat kabar The Straits Times.

 

Halimah dilantik pada Rabu 13 September 2017 setelah calon-calon lain tak memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Singapura menetapkan sistem kepresidenan untuk meningkatkan inklusif multibudaya dalam hierarki kepemerintahan dengan menetapkan calon dari komunitas Melayu saja yang boleh mencalonkan diri tahun ini. Dari tiga calon Melayu, hanya Halimah yang layak, menurut badan pemilihan umum.

 

Sebagai Presiden ke-8 di Singapura, Halimah Yacob lahir di Queen Street, Singapura, pada 23 Agustus 1954. Dia merupakan bungsu dari lima bersaudara, semua kakaknya laki-laki. Ayahnya, muslim keturunan India dan bekerja sebagai penjaga keamanan, meninggal saat Halimah masih berusia 8 tahun.

Halimah dibesarkan ibundanya, Maimun Abdullah, wanita Melayu yang saat itu bekerja di kedai makanan. Halimah yang masih sekolah mengaku sering membolos, membantu ibundanya berjualan. Akibatnya, dia sempat akan dikeluarkan dari Singapore Chinese Girls' School.

Suaminya, Mohammed Abdullah Alhabshee, adalah mantan pengusaha keturunan Arab. Pasangan ini menikah tahun 1980 dan memiliki lima anak.

 

Halimah Yacob Halimah berkuliah di University of Singapura mengambil jurusan hukum. Dia lantas bergabung dengan Kongres Serikat Perdagangan Nasional (NTUC) sebagai staf legal.

Selama lebih dari 30 tahun Halimah mengabdi di NTUC hingga akhirnya ditunjuk menjadi Wakil Sekretaris Jenderal. Tahun 2001, Halimah memulai karier politiknya.

Dilansir Disway.id dari Channel News Asia, Halimah mengaku sama sekali tidak pernah berpikir untuk terjun ke dunia politik.

 

Halimah juga sama sekali tidak membayangkan akan mencalonkan diri dalam pilpres. Halimah terjun ke dunia politik atas dorongan dari Perdana Menteri Singapura saat itu, Goh Chok Tong.

Dia mencalonkan diri sebagai anggota parlemen dan menang dalam empat pemilu parlemen sejak tahun 2001. Halimah mewakili wilayah Jurong dan Marsiling-Yew Tee.

Halimah sempat ditunjuk dan menjabat menjadi Menteri Pengembangan Masyarakat, Urusan Pemuda dan Olahraga Singapura, sebelum ditetapkan sebagai Presiden Singapura 2017 lalu.

 

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: